Buton Selatan Jadi Kawasan Potensial untuk Pengembangan Karbon Biru

0
31
Buton Selatan Jadi Kawasan Potensial Untuk Pengembangan Karbon Biru
Buton Selatan Jadi Kawasan Potensial untuk Pengembangan Karbon Biru

LAMANINDO.COM, BATAUGA – Pemerintah Kabupaten Buton Selatan (Busel) mendukung pengembangan kawasan karbon biru melalui konservasi dan pemantauan ekosistem lamun. Program ini merupakan inisiatif dari Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, yang diharapkan dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat pesisir, khususnya nelayan.

Komitmen Pemkab Busel disampaikan oleh La Safilin, Asisten 3 Setda Buton Selatan, mewakili Pj. Bupati Buton Selatan Parinringi, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Batauga, Kamis (26/9/2024).

Dalam diskusi itu, La Safilin menekankan bahwa pengembangan karbon biru dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan yang bergantung pada ekosistem lamun.

“Melalui FGD ini, kami berharap harapan dan aspirasi masyarakat nelayan bisa diakomodir, baik berupa bantuan material maupun dukungan teknis untuk menjaga ekosistem lamun,” ujarnya.

Fokus pada Konservasi dan Kelayakan Karbon Biru
Koordinator Program Pengembangan Karbon Biru Ekosistem Lamun Kabupaten Buton Selatan, Novi Susetyo Adi, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk melindungi dan menjaga keberlanjutan ekosistem lamun. Selain itu, Buton Selatan sedang dinilai kelayakannya untuk dijadikan prototipe proyek karbon biru.

“Penilaian melibatkan aspek ekologi, sosial ekonomi, dan regulasi, dengan fokus utama di tiga lokasi: Pulau Kadatua, Siompu, dan Teluk Lande,” terang Novi Adi.

Dalam pekan ini, sejumlah kegiatan telah dilaksanakan, termasuk pengecekan kapal bantuan bagi nelayan, pelatihan ekosistem lamun di Pulau Siompu, serta FGD yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pelatihan tersebut bekerja sama dengan Institut Teknologi Kelautan Buton, guna memperkuat keterlibatan masyarakat lokal dalam menjaga lamun.

Novi berharap program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat. “Jika layak, anggaran tambahan akan disalurkan untuk mendukung kegiatan komunitas lokal,” tambahnya.

Buton Selatan Jadi Pilot Project dengan Dukungan Tradisi Lokal
Kepala Bidang Pengembangan Usaha Kecil Budidaya Ikan, Sayedi, menyebutkan bahwa Busel terpilih sebagai lokasi pengembangan karbon biru berkat keberadaan Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang masih melestarikan tradisi lokal, seperti Ombo, yang turut berperan dalam pelestarian ekosistem pesisir.

“Tujuh kelompok nelayan telah dibentuk untuk memantau pertumbuhan padang lamun di perairan Busel. Mereka berasal dari beberapa desa di Kecamatan Lapandewa, Siompu, Sampolawa, dan Kadatua,” jelas Sayedi.

Kelompok nelayan tersebut mencakup: Desa Lapandewa Makmur dan Gaya Baru di Kecamatan Lapandewa, Desa Gerak Makmur serta kelompok gabungan dari Bahari I, II, dan III di Kecamatan Sampolawa.

Desa Karae, Lapara, dan Tongali di Kecamatan Siompu, Desa Kapoa-Kopoa Barat dan Waonu-Mawabunga di Kecamatan Kadatua.
Untuk mendukung kegiatan pemantauan, program ini menyediakan empat unit perahu katinting berkapasitas 1 GT, dengan anggaran senilai Rp100 juta. Kapal-kapal ini akan digunakan untuk mengontrol dan memantau kondisi padang lamun secara rutin.

“Kapal ini akan menjadi alat penting bagi nelayan dalam menjaga ekosistem lamun agar tetap berkelanjutan,” tutup Sayedi.

Dengan keberlanjutan program karbon biru ini, diharapkan Buton Selatan dapat menjadi model pengembangan karbon biru di Indonesia, sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan ekologi bagi masyarakat setempat.(adm)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini