MOROWALI–Di tengah dentuman mesin, aroma besi usang, dan bau cat yang menusuk hidung, tangan Hikmatullah bergerak mantap. Kuasnya menari di permukaan dinding gedung pencampuran, meninggalkan jejak warna yang tak sekadar mempercantik bangunan, tapi juga mewarnai kisah hidupnya sebagai perantau dari Sinjai, Sulawesi Selatan.
Jumat (15/8) pagi, suasana di kawasan PT Tingsan Steel Indonesia (TSI) divisi Sinter berjalan seperti biasa. Usai briefing, para pekerja berhamburan ke pos masing-masing.
Di antara mereka, Tulla sapaan akrabnya, putra pertama dari tiga bersaudara, melangkah dengan semangat ke tugasnya menjadi tukang cat di gedung PC (Pencampuran), bersama dua rekannya, Rahim dan Anshar, di bawah pengawasan Fandi Kurniawan.
“Pekerjaan hari ini ringan, saya suka mencat,” ucapnya singkat sambil tersenyum.
Bergabung pada Juni 2025, Tulla menganggap pekerjaannya di Morowali bukan sekadar mencari nafkah. Baginya, setiap sapuan kuas adalah langkah menuju mimpi yang lebih besar: membantu perekonomian keluarga di kampung halaman.
Keputusan meninggalkan Sinjai bukan hal mudah. Perjalanan panjang lintas provinsi ditempuhnya dengan keyakinan, bahwa kerja keras di tanah rantau akan membuahkan hasil.
“Kerja itu yang penting ikhlas, hasilnya akan mengikuti,” katanya, sambil kembali menunduk menorehkan cat ke dinding.
Penulis: AnsharPoler