LAMANINDO.COM, BATAUGA — Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kabupaten Buton Selatan menggelar Kemah Budaya ke-5 tahun 2025 di Bumi Perkemahan La Ode Wiridi, Kelurahan Masiri, Kecamatan Batauga. Kegiatan yang akan berlangsung hingga 8 Oktober 2025 ini diikuti oleh 1.582 peserta dari tingkat SD, SMP, serta para pembina Pramuka yang berasal dari tujuh kecamatan se-Buton Selatan.
Dengan mengusung tema “Kompetitif, Edukatif, Ceria, dan Berbudaya”, kegiatan ini tak hanya menjadi ajang pembinaan karakter bagi peserta didik, tetapi juga menimbulkan efek domino positif, memperkuat nilai budaya, menumbuhkan semangat kebersamaan, sekaligus menggeliatkan ekonomi masyarakat sekitar lokasi perkemahan.
Ajang Pembentukan Generasi Berkarakter dan Berbudaya
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Buton Selatan yang juga Sekretaris Dewan Pembina Kwarcab Pramuka, La Ode Harwanto, menilai kegiatan ini menjadi ruang strategis bagi pembentukan karakter generasi muda melalui pendekatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
“Kegiatan ini bukan hanya meriah, tetapi sarat makna. Anak-anak dari tujuh kecamatan berbaur membawa keragaman budaya dan kearifan lokal masing-masing. Dari sini lahir generasi yang cerdas, edukatif, ceria, dan berbudaya,” ujarnya.
Ia menambahkan, kemah budaya menjadi wadah pertemuan lintas daerah yang mempererat persatuan dan rasa kebersamaan di kalangan peserta muda.
Dorong Perbaikan Fasilitas dan Sinergi Pemerintah
La Ode Harwanto juga menyoroti pentingnya peningkatan fasilitas di area bumi perkemahan agar kegiatan mendatang berjalan lebih optimal.
“Kami telah meninjau langsung sejumlah sarana yang perlu perhatian, seperti talut untuk mencegah longsor serta akses jalan masuk. Hasilnya akan kami laporkan kepada Bupati Buton Selatan agar mendapat penanganan ke depan,” katanya.
UMKM Lokal Rasakan Dampak Langsung
Selain memberikan manfaat edukatif dan sosial, kegiatan ini juga menggairahkan sektor ekonomi masyarakat sekitar. Selama pelaksanaan kemah, aktivitas jual beli di area perkemahan meningkat tajam, terutama di lapak-lapak pedagang kecil yang menyediakan makanan, minuman, dan kebutuhan harian peserta.
Dalam liputan langsung di lapangan, salah seorang pelaku UMKM yang enggan disebutkan identitasnya mengaku penjualan pada hari kedua kegiatan telah mencapai lebih dari Rp1 juta.
“Alhamdulillah, dari pagi sampai sore jualan ramai. Kebanyakan yang laku itu minuman dingin dan makanan ringan,” ujarnya kepada wartawan.
La Ode Harwanto juga menilai bahwa efek ekonomi semacam ini menjadi bagian penting dari setiap kegiatan besar.
“Dengan keterlibatan lebih dari seribu peserta, otomatis perputaran ekonomi masyarakat ikut tumbuh. Walau temporer, dampaknya nyata,” tuturnya.
Wakil Ketua Kwarcab, La Ode Mastatar Mas’ud, menambahkan bahwa peserta juga ikut berperan dalam kegiatan ekonomi kreatif.
“Dewan Kerja Pramuka membuat prakarya yang dijual di lokasi. Ini jadi implementasi nyata dari semangat kemandirian yang mereka pelajari,” jelasnya.
Pembinaan Berkelanjutan dan Peningkatan Sarana
Ketua Kwarcab Buton Selatan, La Ode Abdul Kadir menegaskan, Kemah Budaya akan terus diselenggarakan setiap tahun dengan peningkatan sarana dan kualitas kegiatan.
“Ini kemah budaya kelima, dan kami terus berbenah. Kini sudah ada sarana MCK dan tapak kemah yang lebih representatif, namun kami masih butuh perbaikan akses jalan dan drainase agar lebih layak,” katanya.
Budaya Gotong Royong dan Edukasi Nilai Luhur
Kepala Dinas Kebudayaan Buton Selatan, La Ode Haerudin, menekankan bahwa tema kegiatan mencerminkan upaya pelestarian nilai-nilai budaya sekaligus pendidikan karakter.
“Anak-anak belajar bersaing secara sehat, bekerja sama, dan mengenal budaya lokal lewat lomba-lomba tradisional. Nilai gotong royong dan kebersamaan sangat terasa di sini,” jelasnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini bukan hanya menghidupkan tradisi, tetapi juga menanamkan kesadaran budaya sejak dini agar generasi muda mencintai dan melestarikan warisan daerahnya.
Sebagai Gerakan Pemberdayaan Terpadu
Kemah Budaya Pramuka Buton Selatan ke-5 tahun 2025 menjadi lebih dari sekadar perkemahan. Ia tumbuh sebagai gerakan pemberdayaan terpadu membentuk karakter generasi muda, memperkuat identitas budaya, serta mendorong ekonomi masyarakat lokal.
Sinergi antara pemerintah daerah, Kwarcab Pramuka, dan masyarakat diharapkan terus berlanjut agar kegiatan ini menjadi model pembinaan berbasis budaya dan gotong royong di wilayah Sulawesi Tenggara. (sr)
