LAMANINDO.COM, KENDARI – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Buton Selatan, Hj. Siti Norma Adios, menghadiri Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dekranasda Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Tahun 2025 yang digelar di salah satu hotel di Kota Kendari, Jumat (31/10/2025).
Kegiatan tersebut mengusung tema “Pemberdayaan Perajin untuk Kriya Berkelanjutan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Berbasis Ekonomi Kreatif.” Dalam forum itu, Hj. Siti Norma Adios memaparkan rencana kerja Dekranasda Buton Selatan tahun 2026 yang menekankan pada penguatan kapasitas perajin, pengembangan produk unggulan, hingga perluasan akses pemasaran.
“Fokus kami adalah bagaimana kerajinan lokal Buton Selatan tidak hanya bertahan sebagai warisan budaya, tetapi juga mampu menjadi motor penggerak ekonomi kreatif masyarakat,” ujar Hj. Siti Norma dalam pemaparannya.
Produk Unggulan dan Fokus Program
Produk unggulan Dekranasda Buton Selatan meliputi berbagai jenis kriya khas daerah, seperti:
- Daur ulang aluminium bekas di Kecamatan Batauga,
- Anyaman bambu di Kecamatan Siompu,
- Tenun tradisional di Kecamatan Siompu, Batuatas, dan Kadatua,
- Anyaman daun pandan hutan di Kecamatan Batuatas.
Untuk menjaga keberlanjutan industri kriya tersebut, Dekranasda Buton Selatan menetapkan lima fokus utama dalam rencana kerjanya tahun 2026, yakni:
- Pendampingan dan Pengembangan Produk Unggulan Daerah yang memiliki ciri khas Buton Selatan.
- Peningkatan Kapasitas dan Keterampilan Perajin Lokal melalui pelatihan inovasi serta lomba desain motif bagi pelajar dan mahasiswa.
- Pengembangan Produk Kerajinan Berbasis Tradisi dan Budaya, termasuk inovasi tenun pewarna alami dan anyaman modern agar memiliki daya saing pasar.
- Promosi dan Pemasaran lewat partisipasi dalam pameran nasional seperti Kriya Nusa, Fashion Week, serta pemanfaatan media sosial dan galeri Dekranasda.
- Fasilitasi Akses Perajin untuk memperoleh pembiayaan, penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB), serta penggunaan pembayaran digital melalui QRIS.
Selain itu, Dekranasda Buton Selatan juga akan mendorong pengembangan wirausaha baru di bidang kerajinan dengan melibatkan dinas terkait guna mengidentifikasi potensi perajin di seluruh kecamatan.
Tantangan dan Upaya Solusi
Dalam kesempatan itu, Hj. Siti Norma juga mengakui masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi, seperti minimnya regenerasi perajin muda, keterbatasan manajemen usaha, dan kurangnya keterampilan digital untuk pemasaran daring.
“Kami berkomitmen untuk mengatasinya dengan pendampingan berkelanjutan, kolaborasi antarinstansi, dan pelibatan generasi muda agar seni kriya tetap lestari,” ujarnya.
Pameran Mini Rakerda
Sebagai bagian dari kegiatan Rakerda, panitia juga menyediakan stand pameran mini bagi seluruh Dekranasda kabupaten/kota. Produk yang ditampilkan harus telah melalui proses kurasi di daerah masing-masing, dengan porsi kerajinan non-tenun lebih besar sesuai arahan panitia.
“Melalui forum ini, kami berharap produk-produk khas Buton Selatan bisa lebih dikenal dan bernilai ekonomi tinggi,” tutup Hj. Siti Norma. (sr)
