Sabtu , 13- Desember - 2025
BerandaOPINIPotret Peran Guru di Era Digitalisasi Pembelajaran

Potret Peran Guru di Era Digitalisasi Pembelajaran

(Guru adalah pondasi, dalam memastikan bahwa tekhnologi digunakan secara bermakna)

Ulasan: Sarmin (Guru SMPN 44 Buton)

DI ERA ketika teknologi meresap ke setiap sudut kehidupan, dunia pendidikan mengalami transformasi besar yang mengubah cara belajar, cara mengajar, bahkan cara guru dan siswa berinteraksi. Digitalisasi pembelajaran menghadirkan berbagai platform, aplikasi, dan perangkat yang membuat proses belajar semakin dinamis dan terbuka. Namun di balik kecanggihan itu, guru tetap menjadi figur sentral yang menentukan arah, kualitas, dan makna pendidikan. Peran mereka tidak berkurang, justru semakin kompleks dan menuntut adaptasi yang lebih mendalam.

Dalam ruang kelas modern, guru tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga pengelola lingkungan belajar yang terhubung dengan teknologi. Seorang guru seperti Bu Sari kini mengatur kelas yang dipenuhi layar komputer, tablet, dan akses internet. Ia menyusun materi digital, membuat modul interaktif, serta mengelola kelas virtual ketika pembelajaran berlangsung secara daring. Keberadaan teknologi menuntut guru untuk kreatif, fleksibel, dan selalu siap beradaptasi setiap kali platform atau sistem mengalami pembaruan. Di sinilah peran baru guru terlihat: sebagai arsitek pengalaman belajar yang mampu memadukan pengetahuan pedagogis dengan kecakapan digital.

Namun, digitalisasi bukan hanya soal kemampuan teknis. Guru juga berperan sebagai penjaga kualitas informasi. Di tengah banjir data dan informasi yang tersebar di internet, siswa sering kali mengetahui banyak hal, tetapi belum tentu memahami mana yang akurat dan dapat dipercaya. Guru hadir untuk membantu mereka memilah, memeriksa, dan mengevaluasi informasi. Melalui dialog, diskusi, dan pembelajaran berbasis proyek, guru menanamkan kemampuan berpikir kritis—sebuah keterampilan penting yang justru semakin dibutuhkan di era di mana informasi dapat dengan mudah dimanipulasi atau disalahartikan.

Pada saat yang sama, guru juga berperan sebagai penghubung nilai-nilai kemanusiaan dalam lingkungan belajar digital. Di tengah interaksi yang semakin terfokus pada layar, guru menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal tugas dan nilai, tetapi juga tentang membangun karakter, empati, dan keterampilan sosial. Mereka membaca ekspresi siswa, memahami perubahan emosi yang mungkin tidak terdeteksi oleh kamera, serta memberikan dukungan moral ketika siswa menghadapi tekanan belajar atau kecemasan akibat tugas digital yang menumpuk. Dalam konteks ini, guru menjadi semacam jembatan antara dunia digital yang serba cepat dengan dunia nyata yang membutuhkan kepekaan sosial.

Selain itu, guru juga memegang peran sebagai fasilitator yang menghubungkan siswa dengan berbagai kesempatan belajar. Dengan memanfaatkan teknologi, guru dapat memberikan akses ke sumber belajar yang lebih luas, memperkenalkan alat bantu baru, dan menciptakan pengalaman belajar kolaboratif lintas kelas atau bahkan lintas sekolah. Namun, keberagaman pilihan ini membuat guru harus mampu merancang pembelajaran yang relevan agar siswa tidak tenggelam dalam banyaknya informasi, tetapi justru mampu menemukannya secara bertahap dan terstruktur.

Dalam potret yang lebih luas, peran guru juga mencerminkan tantangan profesional yang terus berkembang. Mereka harus mampu mengimbangi perkembangan teknologi, menguasai literasi digital, dan tetap menjaga esensi pendidikan sebagai proses yang membentuk manusia secara utuh. Tugas ini menuntut kompetensi yang tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga emosional dan etis. Guru dituntut untuk selalu belajar ulang, memperbarui pengetahuan, dan membuka diri terhadap inovasi, sembari tetap mempertahankan identitas mereka sebagai pendidik yang mengutamakan perkembangan siswa.

Digitalisasi pembelajaran bukanlah pengganti peran guru, melainkan ruang baru yang memperluas cakupan tugas mereka. Guru adalah fondasi yang memastikan bahwa teknologi digunakan secara bermakna, bukan sekadar menjadi alat yang memudahkan pekerjaan administratif. Potret peran guru di era ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, sentuhan manusiawi tetap menjadi unsur yang tidak tergantikan. Selama guru mampu merangkul perubahan dan menjaga nilai-nilai pendidikan, digitalisasi pembelajaran justru menjadi peluang untuk menciptakan generasi yang lebih adaptif, kritis, dan berkarakter.

Selamat Hari Guru
Guru Hebat, Indonesia Kuat (*)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Populer

Kalau mau Copy, Baca AL-Fatihah 7X