LAMANINDO.COM, BUSEL– Meninggalnya Rian Swardi, korban penikaman pada malam tahun baru 2023 lalu di Kelurahan Bandar Batauga, ternyata masih menyisahkan sejumlah persoalan. Betapa tidak, korban yang sempat dilarikan ke RSUD Buton Selatan untuk mendapatkan pelayanan media, namun hingga menghembuskan nafas terakhir, pelayanan dinilai kurang maksimal bahkan hingga pasien dipulangkan ke rumah duka, dibiarkan dengan kondisi usus yang masih terburai keluar dan hanya ditutup dengan kasa steril.
Tindakan pemulangan pasien meninggal dunia dengan usus masih dibiarkan terburai ini mendapat kecaman dari keluarga dan kerabat korban. Pasalnya tindakan yang didalangi oknum tenaga medis tersebut dinilai tidak manusiawi.
Bentut dari persoalan itu, kerabat dan keluarga pasien menggeruduk kantor Bupati Buton Selatan, Senin (30/1/2023). Hal itu sebagai bentuk protes agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton Selatan dapat berbenah diri dan lebih profesional dalam bekerja.
Keluarga dan kerabat pasien meluapkan keluh kesah mereka di hadapan Pj. Bupati Buton Selatan, La Ode Budiman. Mereka meminta agar Direktur RSUD Buton Selatan, dr. Frederik Tangke Allo, SpB dicopot dari jabatannya.
“Tindakan ini adalah tindakan yang sudah tidak manusiawi. Pasien sudah meninggal dunia, tapi tolonglah punya perasaan juga agar ususnya jangan dibiarkan (terburai) begitu saja, tapi lakukan tindakan medis dengan menjahit dulu luka robek diperutnya,” tutur salah satu keluarga korban, Hengki.
Menanggapi permintaan keluarga dan kerabat pasien tersebut, Pj. Bupati Buton Selatan, La Ode Budiman langsung bergerak cepat dengan membentuk tim investigasi. Dimana, tim tersebut akan bekerja untuk mengungkap kebenaran atas tindakan yang dilakukan tenaga medis yang dinilai tidak profesional dalam menangani pasien.
“Kita sudah mendengarkan apa yang disampaikan oleh keluarga korban. Dan kita juga akan meminta klarifikasi pihak RSUD nantinya. Sehingga apa yang diisukan itu dapat kita melihat kebenarannya seperti apa,” tuturnya.
Kata dia, terkait pencopotan Direktur RSUD Kabupaten Buton Selatan tentu ada mekanisme yang harus dilalui dan ditempuh. Dimana, hal tersebut juga tengah dilakukan pihaknya belum lama ini atas upaya melakukan evaluasi kinerja para pejabat eselon II lingkup Pemkab Buton Selatan.
“Kita akan lihat nanti sejauh mana, apakah ada pelanggaran di luar SOP yang dilakukan oleh tenaga medis kita di RSUD Buton Selatan atau tidak. Tentunya kita tidak akan membiarkan masalah ini berlarut-larut,” tambahnya.
Untuk diketahui, Rian Swardi merupakan korban penganiayaan yang terjadi malam pembukaan tahun 2023. Korban harus dilarikan di RSUD Buton Selatan dengan sejumlah luka, baik itu luka pada leher hingga kepala bahkan luka robek pada perut yang membuat usus korban terburai.
Saat dilarikan di rumah sakit plat merah itu, Rian Swardi sempat ingin dirujuk di Kota Baubau atas permintaan keluarga dan kerabat korban. Namun sayang, komunikasi yang terjalin antara pihak RSUD Buton Selatan dengan Rumah Sakit di Kota Baubau tidak berjalan dengan baik yang menyebabkan pasien harus merenggang nyawa.
“Pasien tidak sertamerta langsung dirujuk. Namun ada prosedur yang harus dilalui karena jangan sampai pasien tersebut diantar di Kota Baubau tapi tidak diterima. Jadi kami komunikasikan dulu dengan Rumah Sakit yang ada di Kota Baubau sebelum pasien itu diantar kesana,” singkat Direktur RSUD Kabupaten Buton Selatan, dr. Frederik Tangke Allo, SpB. (adm)