LAMANINDO.COM, BATAUGA — Kenaikan harga rumput laut di Kelurahan Bandar, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, dari Rp17.000 menjadi Rp20.000 per kilogram dalam tiga hari terakhir membawa angin segar bagi petani. Setelah sempat terpukul akibat anjloknya harga beberapa tahun lalu, kabar baik ini kembali membangkitkan semangat para pembudidaya di wilayah pesisir tersebut.
Salah satu petani, Herman (55), menyebut kenaikan harga ini sangat berarti bagi mereka yang telah lama menggantungkan hidup dari budidaya rumput laut. “Alhamdulillah harga sudah naik jadi Rp20 ribu per kilo. Dengan kenaikan ini kami makin semangat, meski masa panen sudah hampir selesai,” ujarnya, Rabu (5/11/2025). Ia menambahkan, hasil panen tahun ini cukup menggembirakan, dengan rata-rata produksi antara empat hingga delapan ton per orang tergantung jumlah rakit.
Meski hasil panen meningkat, jumlah petani rumput laut di Kelurahan Bandar kini menurun drastis. Dari 325 orang pada tahun 2022, tersisa sekitar 175 petani aktif. Penurunan ini terjadi setelah harga sempat anjlok hingga Rp8.000 per kilogram tiga tahun lalu. “Kalau harga stabil seperti sekarang, semangat petani pasti tumbuh lagi,” kata Herman. Ia juga berharap pemerintah dapat membantu menjaga stabilitas harga agar petani tidak kembali berhenti menanam.
Selain harga jual, petani menghadapi tantangan lain berupa meningkatnya biaya produksi. Kamelia (35), salah satu petani, menuturkan bahwa harga bahan baku rakit dan bibit terus naik. “Sekarang bambu untuk rakit Rp35 ribu per batang, bibit Rp80 ribu per kilo. Kami berharap ada bantuan agar biaya bisa ditekan,” ujarnya. Meski demikian, ia tetap optimistis karena potensi rumput laut di wilayahnya sangat besar.
Lurah Bandar Batauga, La Ode Halilu Muminin mengungkapkan, wilayahnya merupakan sentra rumput laut terbesar di Buton Selatan. “Potensi ini harus terus dikembangkan. Kami berharap dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat, meningkatkan perputaran ekonomi, dan pendapatan keluarga,” katanya. Ia mendorong adanya dukungan pemerintah untuk membangun pabrik pengolahan agar nilai jual produk meningkat.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat, produksi rumput laut di Kabupaten Buton Selatan pada 2023 mencapai 1.532 ton. Dengan harga yang mulai membaik dan potensi produksi yang besar, masyarakat pesisir Batauga berharap rumput laut tetap menjadi komoditas unggulan sekaligus motor penggerak ekonomi lokal.
Sebelumnya, Bupati Buton Selatan, H. Muhammad Adios mengatakan, Kelurahan Bandar Batauga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil rumput laut di Buton Selatan.
Dikatakan, komoditas rumput laut memiliki prospek besar di pasar ekspor, terutama ke negara-negara Asia seperti Jepang, Hongkong, dan Shanghai.
“Ekspor rumput laut ke Jepang, Hongkong, Shanghai adalah milik Indonesia, dan sumbernya berasal dari wilayah timur termasuk Kepulauan Buton, Buton Utara, Wakatobi, dan Buton Selatan. Oleh karena itu, hal ini akan menjadi perhatian serius pemerintah daerah,” jelas Bupati Adios saat penghadiri HUT Kelurahan Bandar Batauga, akhir Juli 2025 lalu.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton Selatan, akan menyiapkan program-program strategis untuk mendukung pengembangan sektor kelautan, termasuk penguatan infrastruktur, peningkatan kapasitas pelaku usaha, serta promosi produk unggulan daerah ke pasar internasional. (sr)
