
LAMANINDO.COM, BUSEL– Tokoh besar penyebar ajaran Islam di tanah Buton yang masuk melalui wilayah Buton Selatan (Busel), Syekh Abdul Wahid menjadi ikon dalam pawai Ta’ruf dalam pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-29 tingkat Provinsi Sultra yang dihelat di Kota Kendari, Rabu (10/8) sekitar pukul 09.00 WITA. Hal itu dimaksudkan Pemerintah Bumi Hajah Mada itu guna menanamkan spirit dan samangat juang pada Kafilah perwakilan Busel yang hendak berjuang mengharumkan nama daerah.
Pj. Bupati Busel, La Ode Budiman menuturkan, gelaran pawai ta’ruf pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-29 tingkat Provinsi Sultra merupakan ajang menampilkan dan memperlihatkan keanekaragaman adat dan budaya Bumi Gajah Mada. Terlebih, pihaknya bersama para pejabat lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Busel mengenakan pakaian adat sebagai komitmen dalam melestarikan nilai-nilai warisan leluhur.
“Peserta pawai asal Kabupaten Buton Selatan itu ada sebanyak 152 orang. Dan tentunya dengan mengenakan pakaian adat Buton Selatan memberikan warna tersendiri dalam ajang pembukaan MTQ ke-29 Sultra yang dihelat di Kota Kendari itu,” tuturnya.
Kata dia, selain memperkenalkan adat dan budaya Bumi Gajah Mada, pawai tersebut juga menampilkan tokoh besar penyebar ajaran Islam di Buton Selatan. Diantaranya, Syaikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani, Syekh Tun Muhammad Kamaluddin dan La Ode Hasani bin La Ode Idrus Kaimuddin yang dilakoni oleh pemuda Bumi Gajah Mada.
“Dengan menghadirkan lakon para tokoh besar siar Islam di Buton Selatan tentu akan memberikan spirit dan semangat juang para Kafilah kita dalam mengharumkan nama daerah di tingkat Provinsi Sultra. Dan kami yakin Syekh Abdul Wahid Terpatri di Jiwa Kafilah Buton Selatan,” katanya.
Budiman menambahkan, pawai ta’ruf MTQ ke-29 tingkat Provinsi Sultra tahun 2022, Busel mengusung tema Pelayaran Zuhud Asabhangka Asarope, Labu Wana Labu Rope. Dimana budaya asabhangka asarope merupakan spirit kebersamaan dalam balutan satu kata, satu sikap dan satu tindakan untuk mencapai tujuan bersama. Apapun tantangan pelayaran, solidaritas akan tercipta karena kesamaan tujuan, bukan semata- mata kesamaan asal daerah.
“Pemkab Busel menempatkan miniatur bhangka (perahu tradisional) sebagai ikon dalam perhelatan MTQ ini. Dimana, komitmen ini dibangun merupakan gambaran bagi masyarakat Buton Selatan seburuk apapun cuaca, tidak menyurutkan niat untuk berlayar dalam mengarungi samudra,” jelasnya.
Selain bhangka, pihaknya juga menempatkan miniatur Masjid Zaetul Mu’minina sebagai masjid tertua di Sultra yang berada di Desa Wawoangi Kecamatan Sampolawa Kabupaten Busel. Masjid tersebut dibangun pada tahun 1527 M, oleh Syaikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani.
“Selain tak kenal lelah dalam memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita bersama, masyarakat Buton Selatan juga tentunya memiliki keimanan yang cukup tinggi. Olehnya itu kami menjadikan Masjid Zaetul Mu’minina sebagai salah satu ikon dalam perhelatan MTQ ke-29 tingkat Provinsi Sultra,” tutupnya. (adm)