LAMANINDO.COM, BATAUGA- Tradisi Piharoano Ana-Ana Ngkaelu, yang secara harfiah berarti memandikan dan memberi makan anak yatim piatu, dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharam. Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Pulau Buton, terutama di Kabupaten Buton Selatan (Busel), dan terus dilestarikan hingga saat ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Buton Selatan, La Ode Haerudin, S.Pd., M.Pd., pada Selasa (16/7/2024) menyatakan, “Tradisi Piharoano Ana-Ana Ngkaelu seharusnya tidak hanya dilakukan di lokasi tertentu, tetapi juga dapat diadakan secara pribadi di rumah-rumah masyarakat.” Ini menunjukkan komitmen masyarakat untuk menjaga dan menyebarluaskan nilai-nilai luhur tradisi ini.
Tradisi ini telah ada sejak 1500 tahun yang lalu, berakar pada masuknya ajaran Islam di wilayah Kesultanan Buton. Berbeda dengan pelaksanaan di masa lalu, saat ini tradisi ini dilakukan secara terbuka dan melibatkan lebih banyak masyarakat. Acara ini biasanya berlangsung di pelataran rumah La Ode Pasombala atau Wauwa Ngkarawu, yang merupakan sosok penting dalam pemerintahan Kesultanan Buton.
La Ode Pasombala, yang dikenal sebagai Lakina Sampolawa, terkenal karena keberhasilannya mengusir para bajak laut dari Tobelo, sehingga menambah nilai historis pada lokasi pelaksanaan tradisi ini.
Tujuan dari Piharoano Ana-Ana Ngkaelu adalah untuk memohon keselamatan bagi anak-anak yatim piatu, agar mereka dapat hidup bahagia dan sejahtera. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai agama Islam yang mengajarkan pentingnya perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim piatu.
Pelaksanaan tradisi dimulai dengan memandikan anak-anak satu per satu, yang dilakukan oleh wanita paruh baya yang mengenakan pakaian adat Buton. Setelah dimandikan, anak-anak akan mengenakan pakaian mereka kembali dan dipandu menuju lokasi acara, biasanya di tempat yang luas. Mereka kemudian akan duduk bersila di hadapan para tokoh adat untuk memulai acara.
Selama acara, anak-anak tersebut akan disuapi dengan berbagai hidangan oleh wanita berpakaian adat Buton. Momen ini bukan hanya menjadi ajang untuk memberi makan, tetapi juga sebagai bentuk cinta dan perhatian terhadap generasi penerus yang membutuhkan dukungan dan kasih sayang. Dengan cara ini, tradisi Piharoano Ana-Ana Ngkaelu terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan dalam kehidupan masyarakat Buton Selatan.(**)